Senin, 17 November 2008

Teladan Esau & Jakub


Suatu kali Tulang Elisa bertanya ke Tulang Willy kenapa rubrik “Jadilah Pelaku Firman” tidak muncul lagi. Dijawab Tulang Willy: “Ah, yang baca hanya itu-itu saja!” maksudnya hanya orang-orang tertentu atau hanya sedikit saja yang membuka “d-juntak blogspot” diinternet dan membaca artikelnya. Mungkin benar apa yang dikatakan Tulang Willy, tapi alangkah baiknya kalau yang sedikit ini tetap mendapatkan siraman firman Tuhan untuk kesegaran rohaninya ditambah mungkin ada pengunjung “d-juntak” yang baru yang akan mendapat manfaatnya.
Ditengah menunggu artikel yang baru dari Tulang Willy, Tulang Elisa akan menyampaikan sedikit firman Tuhan berupa kisah yang mengharukan yang bisa menguatkan kita semua.
Kejadian 33 ayat 4: Tetapi Esau berlari mendapatkan dia (Jakub adiknya), didekapnya dia, lalu bertangis-tangisanlah mereka.
Jakub hanya mempunyai satu saudara yaitu Esau. Esau adalah abangnya karena walaupun lahir hanya terpaut beberapa menit tapi Esau lebih dahulu menghirup udara segar diluar rahim ibunya. Tapi Esau pada waktu dewasa telah menganggap enteng hak kesulungannya. Waktu itu Esau pulang kerumah dari berburu sebagai pekerjaan kesukaannya, ia merasa lelah dan lapar. Ketika itu Jakub sedang memasak sup kacang merah dan Esau yang kelaparan ini meminta kepada Jakub sup kacang merah itu. Jakub sebagai adik tidak dengan serta-merta memberi sup kacang merahnya kepada abangnya tapi meminta Esau menyerahkan hak kesulungannya kepadanya terlebih dahulu. Esau “akhirnya” setuju dan bersumpah untuk itu. Kemudian Jakub benar-benar telah diberkati oleh Isak sebagai “anak sulung” dengan tipuan bulu domba disekujur badannya dan masakan “daging buruan” yang biasa diberikan Esau kepada ayahnya.
Waktu berlalu. Jakub menerima balasannya. Dipagi hari setelah malam pengantinnya, ia mendapati bahwa teman tidurnya semalam bukan Rahel yang sangat dicintainya, untuk siapa ia bersedia bekerja banting tulang selama tujuh tahun dirumah mertuanya Laban. Teman tidurnya sebagai istrinya ternyata Lea kakak kandung Rahel. Ia telah ditipu Laban. Walaupun akhirnya Rahel diberikan Laban sebagai istrinya yang kedua ia harus bekerja selama tujuh tahun lagi bagi Laban.
Tapi bukan itu inti kisah yang ingin Tulang sampaikan, tapi bagaimana sikap Esau ketika bertemu dengan Jakub ketika akhirnya Jakub lari dari rumah Laban mertuanya. Jakub begitu ketakutan ketika ia sudah mendekati tempat kediaman abangnya. Utusan telah dikirim mengabarkan kedatangannya. Ia mendapat berita bahwa Esau datang dengan 400 orang pengiringnya. Sebagai orang yang cerdik ia telah membuat beberapa rombongan. Rombongan pertama terdiri dari hewan-hewan sebagai persembahan kepada Esau, lalu rombongan isteri pertamanya Lea, kemudian rombongan Rahel, dan akhirnya dia sendiri. Niatnya agar Esau mau mengampuni kesalahannya.
Esau bukanlah orang bodoh. Dia tahu maksud Jakob dengan segala persembahan dan urut-urutan rombongan ini. Tapi dia telah mengampuni Jakub adiknya, bahkan lama sebelum kedatangan Jakub. Kebesaran hati Esau adalah inti kisah ini. Esau “berlari” mendapatkan Jakub, berlari berarti ia tidak sabar lagi, ia ingin memeluk adiknya yang “nakal” yang telah memperdayainya. Esau sadar bahwa kejadian yang lalu itu juga karena kesalahannya yang telah menganggap rendah hak kesulungannya. Ketika sudah dekat, Esau “mendekap” (memeluk erat-erat) Jakub. Cinta persaudaraan mengalahkan segalanya. Cucuran air mata telah turun dengan deras dari mata kedua bersaudara ini. Tuhan memberkati mereka berdua sebagaimana doa Isak ayah mereka.
Teman-teman d-juntak, kita harus meneladani sikap Esau dan Jakub sebelum pertemuan mereka. Masing-masing menyadari kesalahan dan kekurangan mereka dan berbuat yang terbaik untuk saudaranya.Tidak ada dendam, sakit hati atau keinginan untuk menyakiti saudaranya setelah pengalaman mereka dalam hidup ini. Pelukan dan tangisan bisa mengakhiri segala dendam dan sakit hati. Sikap mau mengampuni/memaafkan kesalahan orang adalah sikap ilahi yang harus kita terapkan dalam hidup ini.
Semoga renungan ini bisa menguatkan kita sesama saudara keluarga besar Simanjuntak. Amen.

Tidak ada komentar: